Wahai bunga yang tak pernah hilang harumnya
Kini aku tersekap oleh duri duri tajammu yang menusuk
Menjadikan luka luka yang menganga pada lentik jiwa tanganku yang senantiasa mengukir indah warnamu.
Hingga kini kutak mampu lagi mengukir nyatamu
Menjadikan luka luka yang menganga pada lentik jiwa tanganku yang senantiasa mengukir indah warnamu.
Hingga kini kutak mampu lagi mengukir nyatamu
Wahai bunga indahku....
Kini engkau tak lagi bermekar di setiap pagi dan malamku
Yang senantiasa hiasi waktu waktuku
Dan kini engkau jauh tercium oleh kenyataan bumi baru
Yang subur dari pada bumi hatiku.
Kini engkau tak lagi bermekar di setiap pagi dan malamku
Yang senantiasa hiasi waktu waktuku
Dan kini engkau jauh tercium oleh kenyataan bumi baru
Yang subur dari pada bumi hatiku.
Wahai bungaku...
Peluhku ku biarkan mengalir dengan rasa cinta dan sayang
Menderas menjadikan air hujan sukma
Yang mengalir jua pada pohon dan akarmu.
Peluhku ku biarkan mengalir dengan rasa cinta dan sayang
Menderas menjadikan air hujan sukma
Yang mengalir jua pada pohon dan akarmu.
Bungaku....
Biarpun engkau sisakan bengkak bumi yang tajam disini
Lalu berlubang menjadi sumur di setiap hempasanku
Aku slalu mencintaimu dan doaku semuga engkau bahagia di bumi yang baru.
Biarpun engkau sisakan bengkak bumi yang tajam disini
Lalu berlubang menjadi sumur di setiap hempasanku
Aku slalu mencintaimu dan doaku semuga engkau bahagia di bumi yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar