Biarlah air mata ini melukiskan sejarah cinta\
Di batas kesepian....
Sekeping hati kini runtuh terhempas air yang memasang
Dan Kini menjadi butiran butiran tanah berpasir di jalan setapak yang melingkar
Hingga Jeritanya sayat menyayat pada kerangka langit yang gosong
Lalu menjadikan percikan air mata yang lunak tertelan terik mentari panas
Engkau yang aku harap hanyalah mimpi tiada tersadar
Lalu membangunkanku hingga menjadi lamunan hampa.
Sekeping hati kini runtuh terhempas air yang memasang
Dan Kini menjadi butiran butiran tanah berpasir di jalan setapak yang melingkar
Hingga Jeritanya sayat menyayat pada kerangka langit yang gosong
Lalu menjadikan percikan air mata yang lunak tertelan terik mentari panas
Engkau yang aku harap hanyalah mimpi tiada tersadar
Lalu membangunkanku hingga menjadi lamunan hampa.
Di batas kesunyian....
Engkau hadir dengan tarian senja tiada berwaktu
Lilitannya emmas menguning bersimbah mirah penuh cinta
Hingga hadirkan bunga bunga indah pada tangkai saat pagi buta
Aku yang terlelap aku yang sunyi aku yang sepi
tetap menjadi kesunyian yang pasti,tentang ketiadaanmu di sini.
Di setiap pembatas sepi dan sunyi....
Kini rayuan mautmu mencelah langit yang berbiru
Menjadikan titian titian senja yang hitam hingga jatuhkan air sekehujanan
Penuh tangisan penuh penderitaan penuh kesadaran
Sadar akan diriku sadar akan dirimu,engkau yang tak bisa aku sentuh dalam lamaran hatiku.
Engkau hadir dengan tarian senja tiada berwaktu
Lilitannya emmas menguning bersimbah mirah penuh cinta
Hingga hadirkan bunga bunga indah pada tangkai saat pagi buta
Aku yang terlelap aku yang sunyi aku yang sepi
tetap menjadi kesunyian yang pasti,tentang ketiadaanmu di sini.
Di setiap pembatas sepi dan sunyi....
Kini rayuan mautmu mencelah langit yang berbiru
Menjadikan titian titian senja yang hitam hingga jatuhkan air sekehujanan
Penuh tangisan penuh penderitaan penuh kesadaran
Sadar akan diriku sadar akan dirimu,engkau yang tak bisa aku sentuh dalam lamaran hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar