Biarlah air mata ini melukiskan sejarah cinta
Pasrahku
menuntun pada malam sesekali berlamunkan bunga akan keharuman pada
setiap dinding dinding kamar.dengan tongkat harapan walau bibirku
gemetar tanpa sang dingin yang merayu.aku terus bersuara menyebut satu
nama.dengan tali yang mengikat jiwaku.Titik demi titik terus aku ayunkan
langkah ini mencari sinaran dalam butaku,numan,masih saja tak aku
temukan,hilangkah engkau,jauhkah engkau.apa memang engkau sudah tak mau
lagi menyentuhku,sebagai pemegang tongkat hatiku.......?
.............................................................................................
Dedaunan
seakan terbakar,sesaat matahari menembusnya,Dan titik titik air terus
memasung Bebatuan hingga berlubang,entah kemana arusnya,aku tak
mengerti.sesekali malam mulai bersayap,gumpalan ASAP seakan mewarnai
langit hingga memekat,adakah air hujan turun menetesnya.sedangkan angin
tak henti hentinya membawa ia akan berpindah pindah.gemintang dengan
sinarnya terus melambung,seakan lentera di tengah laut,tak henti
hentinya ia bersinar walau terkadang awan menutupinya.sungguh iklasnya
menguji jiwa yang sedang sekarat.
.......................................................................
Sejauh
manakah kasihmu berjalan,sedangkan malam senantiasa engkau
bekukan,hingga jiwa ini terasa batu,membungkam,yang ada hanyalah tetesan
bening kasih yang pernah terbawa angin sendu sesaat kita saling
menyair,tentang asa,tentang kerinduan,dan ketika pagi buta,tahukah
engkau.....Aku bekemas memastikan mimpi malam.namun semuanya hanyalah
bayang bayang,rupa nan buram.lelah,kesal,kini aku benci pada diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar