Selasa, 29 April 2014

Lupakanlah

Biarlah air mata ini melukiskan sejarah cinta

Masihkah engkau membungkam 
dengan seribu alasan indahnya langit
sesaat matamu melihat tentang birunya lautan
sesaat muara muara mengecupnya.

Masihkah engkau membungkam 
tentang desiran angin
 yang senantiasa menyapa ranting
hingga daun daun itu mengepak
Dan jatuhkan yang kering 
lalu terganti oleh daun daun yang hijau
 
Aku engkau bagaikan yang tak pernah memupus 
Bak bunga di taman,
Terus teranglah kini bumiku mengering,
ia tandus dan gersang,
Dan takmungkin aku engkau tanamkan 
benih benih yang indah halnya dulu
biarlah,
aku bersama mentari saja
,walau ia sangat panas,
karna aku sudah terbiasa dengansemuanya

Tidak ada komentar: