Biarlah air mata ini melukiskan sejarah cinta
Masihkah
engkau membungkam
dengan seribu alasan indahnya langit
sesaat matamu
melihat tentang birunya lautan
sesaat muara muara mengecupnya.
Masihkah
engkau membungkam
tentang desiran angin
yang senantiasa menyapa
ranting
hingga daun daun itu mengepak
Dan jatuhkan yang kering
lalu
terganti oleh daun daun yang hijau
Aku engkau bagaikan yang tak pernah
memupus
Bak bunga di taman,
Terus teranglah kini bumiku mengering,
ia
tandus dan gersang,
Dan takmungkin aku engkau tanamkan
benih benih yang
indah halnya dulu
biarlah,
aku bersama mentari saja
,walau ia sangat panas,
karna aku
sudah terbiasa dengansemuanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar